RESEARCH – Chandra Dwi, CNBC Indonesia | 02 April 2024 07:25
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara acuan dunia ditutup menguat pada perdagangan Senin (2/4/2024). Ambruknya jembatan Francis Scott di Pelabuhan Baltimore, Amerika Serikat (AS) masih menjadi penopang karena investor khawatir akan berkurangnya pasokan dari AS setelah insiden tersebut.
Berdasarkan data dari Refinitiv pada Senin kemarin, harga batu bara acuan ICE Newcastle untuk kontrak Mei ditutup di posisi US$ 133 per ton, menguat 0,76% dari posisi harga Kamis pekan lalu.
Penguatan kemarin memperpanjang tren positif pasir hitam. Batu bara sudah menguat selama lima hari beruntun dengan penguatan menembus 6,8%.
Ketika Jembatan Francis Scott Key di Baltimore, AS runtuh pada pekan lalu karena sebuah kapal kontainer besar bertabrakan dengan kolom jembatan, peristiwa fatal tersebut membuat pasar khawatir akan rantai pasokan global yang masih dalam proses penilaian, termasuk batu bara.
Pihak berwenang telah menutup area dalam jarak 2.000 meter dari reruntuhan, memblokir akses ke Pelabuhan Baltimore, yang merupakan hub ekspor batu bara terbesar kedua di AS setelah Norfolk, Virginia, dengan kontribusi mencapai 28%.
“Penutupan pelabuhan tersebut dapat menjadi gangguan yang signifikan jika pelabuhan lain tidak dapat menyediakan jalan keluar bagi batubara yang seharusnya di ekspor melalui Baltimore,” kata asisten profesor riset dan pakar rantai pasokan di Northern Arizona University, Richard Rushforth, kepada Reuters.
Seperti diketahui, jembatan Francis Scott Key, Baltimore, runtuh pada Selasa lalu akibat ditabrak kapal kargo raksasa pada Selasa pekan lalu. Runtuhnya jembatan dikhawatirkan akan mengganggu pengiriman batu bara dari AS yang merupakan salah satu eksportir terbesar di dunia.
Melansir Reuters, sejumlah perusahaan batu bara mengatakan pengiriman terganggu di mana ada potensi penundaan pengiriman akibat insiden tersebut.
Namun pada Senin kemarin, Pelabuhan Baltimore membuka jalur sementara untuk membebaskan beberapa kapal tunda dan tongkang yang terjebak akibat runtuhnya jembatan minggu lalu.
Meski begitu, para pejabat mengatakan pemulihan pelayaran komersial yang lebih luas masih belum dapat dipastikan dalam waktu dekat karena masih terhambat oleh kondisi yang sulit.
Data Administrasi Informasi Energi (EIA) menunjukkan Pelabuhan Baltimore merupakan hub ekspor batu bara terbesar kedua di Amerika Serikat (AS) dengan kontribusi mencapai 28%. Mereka hanya kalah dari pelabuhan Norfolk, Virgina, atau Hampton Roads.
Rata-rata ekspor batu bara dari Baltimore mencapai 20 juta short ton (18,14 juta ton) per tahun pada periode 2021-2023. Ekspor pada 2023 bahkan menembus 28 juta short ton atau 25,4 juta ton.
Beberapa perusahaan raksasa berlokasi di Baltimore. Salah satunya adalah CSX. Perusahaan ini memiliki dermaga batu bara Curtis Bay di Baltimore, yang terletak di dekat lokasi Jembatan Francis Scott Key.Hal sama juga dikatakan produsen batu bara CONSOL Energy.
Perusahaan juga memiliki terminal ekspor laut di Pelabuhan Baltimore, mengatakan akses kapal keluar masuk terminalnya juga tertunda. Sementara itu Business Standard menyebut runtuhnya jembatan di Baltimore kemungkinan besar akan menutup ekspor batu bara di pelabuhan tersebut selama enam minggu. Ini setidaknya dikatakan Kepala Eksekutif Xcoal Energy & Resources LLC, Ernie Thrasher.
Di lain sisi, produksi batu bara India mencapai angka tertinggi baru sebesar 997,4 juta ton pada tahun fiskal 2024, meningkat 11,67% dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, angka ini masih jauh dari target pemerintah India sebesar 1 miliar ton. Sepanjang 2023, produksi batu bara India mencapai 893,19 juta ton.
Namun, produksi kumulatif batubara dan lignit melampaui pencapaian tersebut dengan rekor 1,04 miliar ton. Menteri Batubara India, Pralhad Joshi memuji rekor jumlah produksi tersebut dan menyoroti peran penting mereka dalam memperkuat ketahanan energi negara.
Untuk tahun keuangan saat ini, batu bara India telah menetapkan target produksi dan pasokan yang ambisius sebesar 838 juta ton, selaras dengan tujuan pemerintah untuk menghilangkan impor batu bara sektor ketenagalistrikan pada akhir tahun fiskal 2026.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(chd/chd)