Jihaan Khoirunnisaa – detikFinance | Senin, 30 Sep 2024 07:48 WIB
Jakarta – Emas hitam, itulah julukan batu bara. Terbentuk dari endapan sisa tumbuhan purba yang mengalami tekanan dan pemanasan selama jutaan tahun, batu bara memiliki beragam manfaat, terutama sebagai sumber energi yang membangun peradaban.
Hari Pertambangan dan Energi ke-79 yang diperingati pada 28 September 2024, menjadi momen yang tepat untuk melihat peran penting batu bara bagi ketahanan energi nasional Indonesia.
Meski pemerintah tengah mengejar target emisi karbon netral (NZE), tidak bisa dipungkiri batu bara masih menjadi sumber energi andalan di Indonesia, dengan kontribusi paling besar dibandingkan energi lain. Data Dewan Energi Nasional (DEN) pada tahun 2023 menunjukkan persentase bauran energi nasional masih didominasi oleh batu bara, yakni sebesar 40,5%.
Alasan batu bara menjadi ‘primadona’ lantaran ketersediaannya yang melimpah, sehingga mudah didapatkan. Selain itu harganya pun terjangkau, yang membuat banyak negara, termasuk Indonesia mengandalkan batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi listrik masyarakat.
Seperti diketahui, Indonesia menggunakan berbagai macam bahan bakar untuk menghasilkan pasokan energi listrik. Dari seluruh sumber energi, penggunaan batu bara disebut yang paling efisien dari segi biayanya.
Berdasarkan data statistik PLN tahun 2020, biaya pembangkitan rata-rata Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara hanya Rp 636,55 per kWh. Jauh lebih hemat dari biaya produksi listrik Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM), dengan kisaran harga Rp 4.746,32 per kWh.
Bahkan, bila dibandingkan dengan biaya pembangkitan rata-rata Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang sebesar Rp 1.611,79 per kWh, batu bara masih lebih ekonomis.
Di negara lain, seperti Italia yang bergantung pada impor minyak dan gas sebagai sumber kelistrikan negaranya. Dengan pajak yang tinggi, warga negara Italia harus merogoh kocek Rp 12.012 atau sekitar US$ 0,789 per kWh.
Negara lainnya seperti Austria yang menerapkan energi air, angin, dan surya sebagai sumber listrik memiliki tarif Rp 10.627 per kWh. Sementara Belgia yang menggunakan nuklir sebagai sumber daya utama mematok tarif Rp 9.926 per kWh.
Di Indonesia, besaran tarif rata-rata saat ini untuk pelanggan rumah tangga non subsidi (tariff adjustment) sebesar Rp 1.445 per kWh. Besaran tarif ini jauh lebih murah dibanding tarif listrik rumah tangga di Thailand yang mencapai Rp 1.597 per kWh, Vietnam Rp 1.532 per kWh, Singapura Rp 2.863 per kWh, dan Filipina Rp 2.421 per kWh.
Sementara untuk golongan Bisnis Menengah-TR, tarif listrik di Indonesia ditetapkan sebesar Rp 1.445 per kWh, masih lebih murah dibandingkan di Filipina Rp 1.636/kWh, Malaysia Rp 1.735/kWh, Vietnam Rp 1.943/kWh, dan Singapura Rp 2.110/kWh. Tarif Indonesia untuk golongan ini hanya sedikit di atas Thailand Rp 1.413/kWh
Ketersediaan listrik yang terjangkau ini tentu penting bagi perekonomian nasional. Bayangkan jika tidak ada batu bara, maka pemerintah akan kesulitan menyediakan listrik untuk masyarakat, terutama masyarakat lapisan bawah. Tidak hanya itu saja, persoalan tarif listrik ini bukan tidak mungkin mengganggu stabilitas sosial politik di Tanah Air.
Bukit Asam (PTBA) Turut Menjaga Ketahanan Energi Nasional
Menurut data Ditjen Minerba Kementerian ESDM, total konsumsi batu batu bara di dalam negeri pada 2023 sebesar 212,9 juta ton. PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Anggota BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, turut berkontribusi bagi ketahanan energi nasional dengan memprioritaskan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri.
Hal ini terlihat dari peningkatan pasokan batu bara PTBA untuk kebutuhan dalam negeri, khususnya ketenagalistrikan. Realisasi Domestic Market Obligation (DMO) PTBA tercatat selalu melampaui target yang ditetapkan yaitu 25% dari realisasi produksi batu bara tahun berjalan.
Realisasi DMO batu bara PTBA terus meningkat. Pada 2020, realisasi DMO PTBA sebesar 14,13 juta ton dari total produksi 24,84 juta ton. Kemudian di 2021, realisasi DMO sebesar 16,11 juta ton dari produksi 30,04 juta ton. Di 2022, realisasi DMO sebanyak 19,17 juta ton dari produksi 37,14 juta ton. Realisasi DMO meningkat lagi pada 2023, yaitu 21,4 juta ton dari produksi 41,9 juta ton.
Sementara realisasi DMO per Semester I 2024 sebesar 11,57 juta ton, tumbuh 12 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
“Kementerian BUMN mendorong seluruh BUMN meningkatkan perannya sebagai agen pembangunan. Untuk itu, PTBA mengambil peran untuk secara konsisten turut memperkuat ketahanan energi nasional,” ujar Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Niko Chandra.
Dalam upayanya menjaga ketahanan energi nasional, PTBA juga membuat inovasi-inovasi untuk menekan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan. Sejalan dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan, prinsip Good Mining Practice dijalankan secara konsisten. Berikut sejumlah upaya PTBA dalam menjalankan praktik pertambangan terbaik:
Bukit Asam (PTBA) Turut Menjaga Ketahanan Energi Nasional
Menurut data Ditjen Minerba Kementerian ESDM, total konsumsi batu batu bara di dalam negeri pada 2023 sebesar 212,9 juta ton. PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Anggota BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, turut berkontribusi bagi ketahanan energi nasional dengan memprioritaskan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri.
Hal ini terlihat dari peningkatan pasokan batu bara PTBA untuk kebutuhan dalam negeri, khususnya ketenagalistrikan. Realisasi Domestic Market Obligation (DMO) PTBA tercatat selalu melampaui target yang ditetapkan yaitu 25% dari realisasi produksi batu bara tahun berjalan.
Realisasi DMO batu bara PTBA terus meningkat. Pada 2020, realisasi DMO PTBA sebesar 14,13 juta ton dari total produksi 24,84 juta ton. Kemudian di 2021, realisasi DMO sebesar 16,11 juta ton dari produksi 30,04 juta ton. Di 2022, realisasi DMO sebanyak 19,17 juta ton dari produksi 37,14 juta ton. Realisasi DMO meningkat lagi pada 2023, yaitu 21,4 juta ton dari produksi 41,9 juta ton.
Sementara realisasi DMO per Semester I 2024 sebesar 11,57 juta ton, tumbuh 12 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
“Kementerian BUMN mendorong seluruh BUMN meningkatkan perannya sebagai agen pembangunan. Untuk itu, PTBA mengambil peran untuk secara konsisten turut memperkuat ketahanan energi nasional,” ujar Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Niko Chandra.
Dalam upayanya menjaga ketahanan energi nasional, PTBA juga membuat inovasi-inovasi untuk menekan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan. Sejalan dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan, prinsip Good Mining Practice dijalankan secara konsisten. Berikut sejumlah upaya PTBA dalam menjalankan praktik pertambangan terbaik:
1. Inovasi Lahan Basah Buatan
PTBA juga berinovasi mengembangkan lahan basah buatan (constructed wetland) di tambang batu bara. Tujuannya untuk menghilangkan bahan pencemar seperti logam berat, di sisi lain mendorong upaya pemulihan ekosistem.
Aplikasi constructed wetland di PTBA meliputi dua model, yaitu floating wetland system dan swampy forest. Floating wetland merupakan inovasi PTBA dengan menggunakan pipa paralon sebagai sebagai konstruksi apung di atas kolam yang berisi air asam tambang. Pipa diisi dengan bahan organik berupa bokashi dan pupuk tankos, lalu ditanami tumbuhan untuk menyerap logam berat. Akar tumbuhan akan memanjang hingga ke air asam tambang dan menyerap unsur logam berat. Model swampy forest mengombinasikan tanaman air dengan jenis tanaman rawa.
Berbagai tanaman yang dimanfaatkan untuk menyerap kandungan logam berat berupa besi (Fe) dan mangan (Mn), yaitu Akar Wangi (Vetiveria Zizanioides), Melati Air (Echinodorus Palaefolius), Lonkida (Nauclea Orientalis), Jelutung Rawa (Dyera Costulata), Balangeran (Shorea Balangeran), Gelam (Melaleuca Leucadendron), Kayu Putih (Melaleuca Cajuputi).
2. Elektrifikasi Kendaraan Tambang
Praktik pertambangan terbaik yang dilakukan PTBA juga tercermin dari program elektrifikasi kendaraan tambang. PTBA mengoperasikan puluhan unit kendaraan dan bus listrik untuk kegiatan tambang demi menghemat penggunaan BBM sekaligus menekan emisi karbon.
Saat ini PTBA telah mengoperasikan 7 unit Shovel Listrik (PC3000-6E), 40 unit Hybrid Dump Truck (Belaz-75135), dan 6 Pompa Tambang berbasis listrik. Penggunaan alat-alat tambang berbasis listrik ini menghasilkan penghematan bahan bakar minyak (BBM) jenis diesel hingga 7 juta liter per tahun dan mereduksi emisi sebesar 19.777 tCO2e.
Selain itu, PTBA telah mengoperasikan 5 unit bus listrik di Pelabuhan Tarahan dan 10 unit bus listrik di Unit Pertambangan Tanjung Enim. Total telah ada 15 unit bus listrik yang dioperasikan PTBA. Pengurangan emisi karbon diestimasikan mencapai 16 ton CO2/tahun/bus. Selain itu, penggunaan bus listrik mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) hingga 9.672 liter/tahun/bus.
3. Digitalisasi Pertambangan
Tak hanya penggunaan kendaraan dan alat tambang berbasis listrik, PTBA pun terus menggenjot digitalisasi dalam operasional pertambangan. PTBA memiliki aplikasi CISEA (Corporate Information System and Enterprise Application) yang dapat memantau seluruh kegiatan operasi, mulai dari produksi di pertambangan hingga pelabuhan secara real time melalui ponsel.
Diketahui CISEA mengintegrasikan beberapa sistem sekaligus, sehingga memungkinkan melakukan software maintenance, troubleshooting dari jarak jauh. Selain itu memudahkan analisa data dengan lebih akurat, karena semua data operasional disimpan secara otomatis.
CISEA pertama kali dikembangkan pada Oktober 2019 dan diluncurkan secara resmi pada Maret 2020. Pada 2021, PTBA berhasil mendapatkan hak merek dan hak cipta untuk CISEA, dan akhirnya tahun 2024 ini mendapatkan hak paten.
Berkat upaya transformasi operasional digital, PTBA pun diganjar sejumlah penghargaan. Tidak berhenti sampai di situ, PTBA juga terus memacu inovasi dan beradaptasi agar dapat menghadirkan energi tanpa henti untuk Indonesia. Kehadiran PTBA di negeri ini menjadi penerang bagi bangsa dan terus menjaga ketahanan energi secara berkelanjutan.
(anl/ega)