Chandra Dwi, CNBC Indonesia | 10 December 2024 07:15
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara acuan dunia mulai bangkit pada perdagangan Senin (9/12/2024) kemarin, setelah merana sejak awal Desember karena minatnya mulai menurun.
Berdasarkan data dari Refinitiv pada Senin kemarin, harga batu bara acuan ICE Newcastle untuk kontrak Januari 2025 ditutup menguat 0,64% di posisi US$ 133,25 per ton.
Mulai bangkitnya harga batu bara tampaknya disebabkan karena permintaan mulai kembali pulih menjelang akhir tahun dan fenomena Natal-Tahun Baru. Sementara di India, kenaikan permintaan juga turut menopang batu bara.
Sebelumnya pada Kamis lalu, pemerintah India akan terus berfokus pada tenaga listrik berbasis batu bara. Hal ini diungkap oleh Menteri Pertambangan dan Batu Bara India, G Kishan Reddy.
Berbicara di sebuah acara peluncuran lelang tambang batu bara komersial putaran ke-11, Reddy mengatakan, “Listrik tidak mungkin ada tanpa batu bara, dan kehidupan tidak mungkin ada tanpa listrik.”
Menurut Reddy, ada negara-negara yang menghadapi kekurangan listrik, yang menghambat pertumbuhan mereka, tetapi India bukan salah satunya.
Menyoroti target produksi batubara untuk tahun fiskal ini, Reddy mengatakan pemerintah India yakin dapat mencapai produksi batubara sebesar 1.080 juta ton pada 2024-2025.
Namun, potensi bangkitnya batu bara cenderung terbatas karena permintaan dari China masih lesu akibat perekonomiannya yang masih belum bangkit sepenuhnya.
Di China, harga spot batubara 5.500 NAR di pelabuhan Qinhuangdao turun 1 USD/ton menjadi 114 USD/ton di tengah permintaan terbatas di pasar spot.
Selain itu, pemasok menurunkan harga karena permintaan dari administrasi pelabuhan untuk mengurangi persediaan, yang meningkat signifikan selama seminggu terakhir.
Pengguna akhir juga enggan untuk menyelesaikan transaksi karena ekspektasi penurunan harga lebih lanjut. Sementara itu, Shenhua diperkirakan akan memperluas kehadirannya di pasar spot mulai Januari 2025, sementara sekitar 30% pedagang di pasar domestik menghentikan kegiatan mereka karena penurunan kutipan selama beberapa bulan terakhir.
Permintaan dari Asia Pasifik tetap lesu di pasar spot. Namun, banyak produsen yang mengatakan bahwa sumber daya mereka sudah habis terjual untuk sisa tahun ini dan tidak terburu-buru menawarkan material untuk Januari 2025 pada harga saat ini. Hujan lebat baru-baru ini berdampak pada produksi batubara di wilayah seperti Jawa dan Sumatra.
Permintaan dari Jepang juga masih menurun seiring dengan tingginya persediaan dan dimulainya Unit #2 di pembangkit listrik tenaga nuklir Onagawa oleh Tohoku Electric.
Pada Oktober lalu, Jepang mengurangi impor batubara termal menjadi 10,4 juta ton (-18% dibandingkan September 2024).
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(chd/chd)