RESEARCH – Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia | 28 February 2024 08:15
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara terus menunjukkan penguatan, mencatatkan kenaikan selama enam hari perdagangan berturut-turut. Penguatan terjadi seiring dengan lonjakan permintaan China dan India serta pemangkasan produksi dari produsen batu bara terbesar yaitu Shenhua.
Data dari Refinitiv pada perdagangan Kamis (22/02/2024) mengungkapkan bahwa harga batu bara ICE Newcastle kontrak April ditutup di level US$ 130,2 per ton, mengalami kenaikan sebesar 1,32%. Dengan demikian, harga batu bara sudah naik selama enam hari beruntun dengan kenaikan 7,8% lebih.
Saat ini, harga batu bara mencapai titik tertinggi dalam sebulan terakhir atau sejak 9 Januari 2024. Bila dihitung dalam pekan, harga batu bara saat ini adalah yang tertinggi dalam delapan pekan.
Kenaikan ini terjadi seiring dengan situasi global, terutama di sektor energi. Pada 2023, emisi CO2 China di sektor energi tumbuh sebesar 5,2%, mengancam target iklim yang ingin dicapai. Studi terbaru dari Center for Research on Energy and Clean Air (CREA) mengungkapkan bahwa emisi negara tersebut meningkat sebesar 12% antara 2020 – 2023.
Respons yang sangat intensif terhadap pandemi Covid-19 yang bersifat energi dan karbon tinggi menjadi salah satu penyebab peningkatan ini. Peningkatan konsumsi batu bara sebesar 4,4% pada tahun lalu juga turut berkontribusi.
Di sisi lain, pelemahan harga batu bara juga dipengaruhi oleh faktor pasokan. China Shenhua Energy Co., produsen batu bara terbesar di Tiongkok, mengumumkan target produksi yang lebih rendah untuk 2024. Hal ini terjadi seiring dengan kembalinya para penambang Tiongkok ke operasi normal, di tengah melimpahnya bahan bakar.
Perusahaan ini berencana memangkas produksi sebesar 2,6% dari tahun sebelumnya, menurut pernyataan resmi yang dikutip pada Senin. Laba bersih Shenhua pada tahun 2023 diperkirakan akan turun sebesar 14% akibat rendahnya harga batu bara, menggambarkan tekanan yang dihadapi perusahaan dalam menghadapi dinamika pasar.
Sementara itu, di India, konsumen batu bara terbesar kedua di dunia, mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa dalam dua dekade terakhir. Menurut International Energy Agency (IEA) yang dikutip dari LiveMint, India secara tahunan menambah kota setara dengan London untuk populasi masyarakat perkotaannya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini mendorong laju industri dengan cepat, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan akan batu bara.
Secara keseluruhan, pasar batu bara saat ini berada dipengaruhi oleh faktor-faktor global, termasuk kebijakan iklim dan respons terhadap pandemi, serta perubahan dalam kebutuhan energi di negara-negara utama seperti China dan India.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(mza/mza)