RESEARCH – Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia | 16 February 2024 06:40
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara menguat tipis setelah sebelumnya terkoreksi. Penguatan ini terjadi seiring dengan kenaikan permintaan dari India, Jepang, dan Korea Selatan serta permasalahan pembangkit listrik tenaga air China.
Menurut data dari Refinitiv, pada perdagangan Kamis (15/02/2024), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Maret ditutup di angka US$ 123,75 per ton atau naik tipis 0,28%. Harga batu bara telah menunjukkan pergerakan stagnan dalam beberapa hari terakhir di bawah US$ 125 per ton dalam empat hari terakhir.
Kenaikan harga batu bara ini sejalan dengan meningkatnya ketergantungan India terhadap batu bara dalam memenuhi permintaan listrik yang mencatat rekor dalam beberapa bulan terakhir. Melansir Reuters, Coal India Ltd (CIL) berencana membuka lima tambang baru dan memperluas kapasitas setidaknya 16 tambang yang sudah ada untuk mengatasi permintaan yang terus meningkat. India sebagai konsumen terbesar kedua di dunia diyakini dapat mempengaruhi penguatan harga batu bara secara signifikan.
Faktor lain yang mendorong kenaikan harga batu bara adalah kekuatan ekonomi Jepang dan Korea Selatan. Keduanya memberikan kontribusi signifikan terhadap harga batu bara berkualitas tinggi yang lebih disukai oleh importir Asia ketiga dan keempat terbesar, sedangkan batu bara berkualitas rendah yang dicari oleh China dan India.
Data menunjukkan bahwa impor batu bara ke Asia pada Januari turun 5% dari rekor tertinggi sebesar 81,8 juta ton pada Desember lalu. Penurunan ini disebabkan oleh permintaan yang kuat dari China dan India pada Desember. Meskipun ada penurunan impor pada Januari, angka tersebut masih menempati peringkat keempat tertinggi sepanjang masa untuk wilayah Asia, yang menjadi pengimpor utama batu bara termal.
China, sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia, mengalami penurunan impor batu bara pada Januari menjadi 27,92 juta ton, turun dari rekor tertinggi pada Desember sebesar 31,59 juta ton. Meskipun demikian, angka tersebut masih 34% di atas impor pada Januari 2023 sebesar 20,86 juta ton.
Kebutuhan China terhadap batu bara impor terdorong oleh permintaan kuat untuk pembangkit listrik tenaga termal di tengah rendahnya produksi listrik tenaga air, serta keuntungan harga dibandingkan dengan batu bara dalam negerinya.
Pembatasan produksi listrik tenaga air di China, sebagai konsumen terbesar batu bara global, tentu berdampak pada penguatan harga batu bara kali ini.
Berbagai faktor ini secara turut memengaruhi dinamika pasar yang memperlihatkan potensi terbentuknya equilibrium harga baru. Faktor pergerakan harga ke depan akan dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi di Asia ke depan sebagai benua dengan konsumsi batu bara terbesar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)