Robertus Andrianto, CNBC Indonesia | 15 October 2024 08:50
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara dunia menguat pada perdagangan kemarin didorong oleh permintaan impor dari China yang melonjak.
Berdasarkan data Refinitiv harga batu bara global pada perdagangan Senin (14/10/2024) tercatat US$148,20 per ton atau meningkat 1,02% dari posisi sebelumnya.
Impor batu bara China mencapai rekor tertinggi bulanan pada bulan September, menurut data bea cukai yang dirilis pada hari Senin, karena harga batu bara internasional menurun.
Pengiriman pada bulan September tercatat sebesar 47,59 juta ton metrik, menurut data dari Administrasi Umum Kepabeanan, naik 13% dibandingkan tahun sebelumnya.
Harga batu bara Newcastle, yang merupakan tolok ukur di Asia, turun sepanjang September hingga mencapai US$136,46 per ton metrik pada 23 September, turun 7% dari puncak tertinggi Agustus sebesar US$147,13 per ton, sehingga impor batu bara menjadi lebih menarik dibandingkan pasokan domestik.
Sementara itu, pembangkit listrik tenaga uap (thermal) China kembali tumbuh pada bulan Agustus karena gelombang panas meningkatkan permintaan listrik, sementara produksi tenaga air (hydropower) menurun.
Permintaan dari industri kimia juga mendukung penggunaan batu bara, menurut para analis.
Selama sembilan bulan pertama tahun 2024, impor batu bara mencapai 3,89 miliar ton, naik 11,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, output listrik berbasis batu bara di India turun untuk bulan kedua berturut-turut pada September secara tahunan, disebabkan oleh pertumbuhan penggunaan listrik yang lebih lambat dan lonjakan pembangkitan listrik tenaga surya, menurut tinjauan Reuters terhadap data dari regulator jaringan federal.
Penurunan ini mencerminkan perubahan pola penggunaan bahan bakar di negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia dan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar ketiga. Penurunan ini terjadi setelah 47 bulan berturut-turut pertumbuhan penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik.
Penggunaan listrik di India telah meningkat sejak pandemi karena lonjakan ekonomi dan gelombang panas.
Namun, curah hujan yang lebih tinggi selama musim hujan tahun ini mengurangi permintaan penggunaan AC dan menekan konsumsi listrik, menurut para analis.
Total listrik yang dihasilkan dari pembangkit yang menggunakan batu bara dan lignit turun 5,8% secara tahunan pada September dan 4,9% pada bulan Agustus, menurut data dari Grid-India yang dikelola negara, dibandingkan dengan pertumbuhan 10% selama tujuh bulan pertama tahun ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)